Embrio organisasi Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) berakar dari kongres ke-3 IPNU pada 27-31 Desember 1958 dengan pembentukan Departemen Perguruan Tinggi IPNU, mengingat banyak mahasiswa yang menjadi anggotanya. Pemikiran ini sebenarnya sudah terlontar pada Kongres ke-2 di Pekalongan, tetapi kondisi IPNU sendiri yang masih perlu pembenahan menyebabkan ide ini belum ditanggapi secara serius.
Selanjutnya dalam konferensi besar IPNU 14-16 Maret 1960 di Kaliurang,
Yogyakarta, diputuskan terbentuknya suatu wadah mahasiswa NU yang terpisah
secara struktural dari IPNU-IPPNU. Sebelumnya secara terpisah sudah
terdapat beberapa organisasi lokal yang mewadahi mahasiswa NU seperti IMANU
(Ikatan Mahasiswa Nahdlatul Ulama) di Jakarta (1955), Keluarga Mahasiswa
Nahdlatul Ulama (KMNU) di Surakarta (1955), Persatuan Mahasiswa Nahdlatul Ulama
(PMNU), dan di banyak tempat lainnya. Upaya ini kurang mendapat dukungan IPNU,
yang waktu itu para pengurusnya sebagian besar terdiri dari para mahasiswa, yang
akhirnya diakomodasi dengan pembentukan Departemen Perguruan Tinggi.
Sayangnya, integrasi dalam satu wadah, antara mahasiswa dan pelajar ini kurang
berhasil mengingat kebutuhan antara pelajar dan mahasiswa berbeda dan gerak
dari Departemen Perguruan Tinggi IPNU terbatas mengingat ia tidak diakui dalam
Persatuan Perhimpunan Mahasiswa Indonesia (PPMI), suatu konferderasi organisasi
mahasiswa. Faktor eksternal adalah HMI (Himpunan Mahasiswa Islam Indonesia),
yang tokohnya dekat dengan Masyumi, dan banyak tokoh di dalamnya terlibat dalam
PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia). Inilah faktor yang
menyebabkan dibentuknya organisasi tersendiri.
Kebutuhan
NU akan pengembangan mahasiswa juga dinilai mendesak karena NU sebagai partai
politik waktu itu membutuhkan kader dengan kapasitas intelektual yang tinggi
untuk memegang jabatan strategis, yang sejauh ini lebih banyak diberikan kepada
orang luar yang kemudian baru di-NU-kan.
Pendirian
PMII dimaksudkan sebagai alat untuk memperkuat partai NU, sebagian besar
programnya berorientasi politik. Hal ini dilatarbelakangi pertama, anggapan
bahwa PMII dilahirkan untuk pertama kali sebagai kader muda partai NU sehingga
gerakan dan aktivitas selalu diorientasikan untuk menunjang gerak dan langkah
partai NU.
Kedua,
suasana kehidupan barbangsa dan bernegara waktu itu sangat kondusif untuk
gerakan politik sehingga politik sebagai panglima betul-betul menjadi kebijakan
pemerintah Orde Lama. Dan PMII sebagai bagian dari komponen bangsa mau tidak
mau harus berperan aktif dalam konstelasi politik seperti itu.
Dari
keputusan Konbes Kaliurang ini akhirnya dibentuk 13 sponsor pendiri organisasi
mahasiswa yang terdiri dari:
1. Cholid Mawardi
(Jakarta)
2. Said Budairy
(Jakarta)
3. M Sobich Ubaid
(Jakarta)
4. M Makmun Syukri
BA (Bandung)
5. Hilman
(Bandung)
6. H Ismail Makky
(Yogyakarta)
7. Munsif Nahrawi
(Yogyakarta)
8. Nuril Huda
Suady HA (Surakarta)
9. Laily Mansur
(Surakarta)
10. Abd Wahad Jailani
(Semarang)
11. Hisbullah Huda (Surabaya)
12. M Cholid Narbuko (Malang)
13. Ahmad Husain (Makassar)
Selanjutnya, dilakukan musyawarah di Surabaya 14-16 April 1960 yang
memutuskan pemberian nama Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) dan
penyusunan Peraturan Dasar PMII, yang dinyatakan mulai berlaku pada 17 April.
Tanggal inilah yang digunakan sebagai peringatan hari lahir PMII.
Nama PMII
adalah usulan dari delegasi Bandung dan Surabaya, serta mendapat dukungan dari
Surakarta. Delegasi Yogyakarta mengusulkan nama Perhimpunan Persatuan Mahasiswa
Ahlusunnah wal Jamaah dan Perhimpunan Mahasiswa Sunny, sedangkan utusan Jakarta
mengusulkan (IMANU) Ikatan Mahasiswa NU.
Tak
sampai setahun, organisasi mahasiswa ini melakukan kongres pertamanya di
Tawangmangu Surakarta dengan 13 cabang. Selanjutnya, pada kongres kedua tahun
1963, sudah mencapai 31 cabang, 18 cabang merupakan cabang baru. PMII
secara tegas berkeinginan untuk menjaga dan memelihara ajaran Islam Ahlusunnah
wal Jamaah. Ini mengingat aspirasi mahasiwa NU kurang terakomodasi dalam
organisasi mahasiwa Islam yang sudah ada sebelumnya.
Berikut
adalah Nama Ketua Umum PB PMII dari masa ke masa:
1960-1961
Mahbub Junaidi
1961-1963
Mahbub Junaidi
1963-1967
Mahbub Junaidi
1967-1970
M Zamroni
1970 -1973
M Zamroni
1973-1976
Abduh Paddare
1977-1981
Ahmad Bagdja
1981-1984
Muhyiddin Arubusman
1985-1988
Suryadharma Ali
1988-1991
M Iqbal Assegaf
1991-1994
Ali Masykur Musa
1994-1997
Muhaimin Iskandar
1997-2000
Syaiful Hari Anshori
2000-2002
Nusron Wahid
2003-2005
Malik Haramain
2005-2007
Hery Herianto Azumi
2008-2011
Rodli Kaelani
2011-2013
Adin Jauharuddin
2014-2016
Aminuddin Ma'ruf
(Ensiklopedia NU)
BalasHapushttps://drive.google.com/file/d/0B6ut4qmVOTGWMkJvbFpZejBQZWM/view?usp=drivesdk
Salam
Kepada:
Redaksi para akademik
Per: Beberapa Hadis Sahih Bukhari dan Muslim yang Disembunyikan
Bagi tujuan kajian dan renungan. Diambil dari: almawaddah. info
Selamat hari raya, maaf zahir dan batin.
Daripada Pencinta Islam rahmatan lil Alamin wa afwan.